Skip to main content

Sudahkah Bicara Sama Allah?

Ingatan saya kembali pada sekian tahun lalu. Saat dimana masalah seolah "menghiburku" tapi tak kunjung lucu. Dunia seperti menjepit dari berbagai arah dan di saat yang sama tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat.

Pernahkah Anda mengalaminya? Jika pernah, berarti kita senasib tapi belum tentu sepenanggungan. Rasanya belum pernah menghadapi situasi serumit itu. Sekarang, hampir setiap orang mengalami situasi "sulit" meski kadarnya bisa jadi berbeda. Lalu, apa yang mesti kita lakukan? 

Yang jelas kalau kita dalam kondisi seperti itu, perlu "berbicara" kepada Allah sesegera mungkin. Yup, Al Qur'an surat Al Insyirah sudah mengingatkan kita tentang janji Allah, "Bersama kesulitan ada kemudahan". Dan ingat, ayat ini diulang dua kali. Artinya apa, Allah selalu menyediakan dua pintu solusi untuk masalah kita, apapun.
Hmm, jadi apakah mungkin seorang manusia dapat bercakap-cakap dengan Allah SWT. Trus bagaimana jika kita ingin curhat kepada Allah? Sementara seperti kita ketahui, Nabipun hanya beberapa yang dapat langsung berbicara dengan Allah. Seperti Nabi Adam as atau dari belakang tabir seperti Nabi Musa as dan Rasulullah Muhammad SAW ketika di sidhratul muntaha.

Seorang ulama menyebutkan, “Jika kita ingin berbicara kepada Allah, berdo’alah dan sholatlah. Dan jika kita ingin mendengar Allah maka bacalah Alquran. Karena sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat, Maha mengetahui yang Nampak dan yang tersembunyi".

“Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Al Hajj, 22 : 61)

Berkenaan dengan ini, pernah datang seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya : "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat atau memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" 

Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS. Al Baqarah, 2 : 186)

Menurut riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW, "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdo'a, karena Allah SWT telah berfirman, "Ud'uuni astajiibu lakum" yang artinya berdo'alah kamu kepada-Ku, pasti aku akan mengijabahnya                     (QS. Al Mu’minun, 40 : 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka : "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar do'a kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini. (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali)

Dalam Hadis Qudsi dijelaskan bagaimana kita sebenarnya “berbicara” dengan Allah ketika kita sedang shalat, atau lebih tepatnya ketika kita membaca surah Al Fatihah. Allah Ta’ala berfirman, “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa-apa yang dia minta. Maka apabila ia mengucapkan (Alhamdullillahi rabbil ‘alamiin) – Allah ta’ala berfirman : hamdani 'abdi. Hamba-Ku telah memuji-Ku. 

Dan apabila ia mengucapkan (Arrahmaanirrahiim) – Allah ta’ala berfirman : 'Atsna alayya 'abdi, Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Dan apabila ia mengucapkan (Maaliki yaumiddiin) – Ia berfiman : Hamba-Ku telah memuliakan-Ku, dalam riwayat lain : Majjadani abdi, Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. 
Maka apabila ia mengucapkan (Iyyaaka Na’budu Wa Iyyaaka Nasta'in) – Ia berfirman : Hadza bayni wa bayna abdi, wa li abdi ma sa’ala, Ini adalah antara Aku dan antara hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. 

Maka apabila ia mengucapkan (Ihdinash-shiraathal mustaqiim. Shiraathalladziina an’amta ‘alaihim. Ghairil maghduubi ‘alaihim waladh dhaalliin) – Ia berfiman : Hadza li abdi, wali 'abdi ma saala, Ini adalah untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta” (HR. Muslim)

Karena itu perbanyaklah do'a, karena do'a itu ibadah dan Allah mendengar do'a-do'a kita. Dan perbanyaklah mendengar atau membaca kalam Allah yaitu Al Qur’an. Dengan demikian kita seakan-akan terus “berdialog dan berbicara” dengan Allah dalam keseharian kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang diridhai Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Wassalam
Arif Prasetyo Aji
Follow IG @arifprasetyo.aji | www.firaprasa.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Sensasi Asem-Asem Pedas Ikan Kutuk Kelo Kuning Asli Lamongan

Lamongan ini memang rajanya kuliner , hampir di setiap kota di negeri ini selalu ada menu kuliner Lamongan seperti misalnya, soto lamongan, tahu campur , dll. Kalau kita memasuki kota Lamongan maka akan disuguhi pemandangan ada ibu-ibu yang berjajar rapi dengan borannya, itulah yang disebut dengan Nasi Boran . Kenapa disebut nasi boran ya karena nasinya ditaruh di dalam sebuah boran yang terbuat dari anyaman bambu. Melihatnya saja sudah gundah gulana dibuatnya apalagi kalau sudah mencoba dijamin nambah lagi he..he.. Tapi yang ndak suka pedas, jangan asal beli bisa-bisa nanti perutnya tidak bersahabat, tanya dulu apa ada bumbu yang nggak pedas.

Rumeli Hisari, Gerbang Penaklukan Konstatinopel

Selat Bosphorus itu adalah kunci kekuatan Konstatinopel. Hampir semua bantuan datang melalui selat ini. Hal ini terjadi sejak penaklukan Konstatinopel pertama kalinya sampai Sultan Beyazid I, ayah dari Muhammad Al Fatih. Karenanya Sultan Beyazid I membuat benteng di tepian Selat Bosphorus dekat Laut Hitam (Balck Sea), sebagai upaya pencegahan datangnya pasukan bantuan ke Konstatinopel. Benteng setinggi 25 meter ini kemudian disebut dengan Anadolu Hisari (Anatolia Fortress) atau Benteng Anatolia atau Benteng Asia Kecil. Muhammad Al Fatih, demi menunjukkan keseriusannya dalam upaya penaklukan Konstatinopel, juga membangun benteng di seberang Selat Bosphorus tepat berhadapan dengan benteng yang dibuat ayahnya, Anadolu Hisari. Ya, faktanya Anadolu Hisari tidak mampu membendung datangnya bala bantuan ke Konstatinopel. Sehingga perlu dibuat benteng lagi untuk menguatkan posisi benteng sebelumnya. Benteng legendaris inilah kemudian disebut sebagai Rumeli Hisari. Ketika

SEC On The Move

Mas Danton, Mas Samsul, Mas Samurai, dll Aku dan Mas Ganda (Kharisma Collection-Royal Plaza & Cito) Mas Riano (kelihatan sampingnya he..he..) Mbak, Kalo hitung yang bener ya... Rabu malam kemarin, tepatnya tanggal 28 Nopember 2007, SEC (alias Surabaya Entrepreneur Club) punya “gawe” pertemuan rutin sekaligus pemilihan ketua periode 2008-2010. Sebelumnya telah terjaring tiga nama calon oleh tim kecil SEC periode sebelumnya, yaitu Samurai “Investor”, Agus “Vitabean” dan Riano “Reng Oneng”. Acara diawali dengan pembukaan yang dipimpin oleh sang ketua panitia, Mas Danton “Jagoan Hosting”. Dia menyampaikan bahwa acara malam ini berbeda dari pertemuan sebelumnya, karena : Pertama, akan dilakukan pemilihan ketua SEC. Kedua, dilaksanakan di kampus SE (Sustainable Entrepreneur-Sekolah Pengusaha) . Ketiga, dihadiri para pendiri komunitas ini yang sudah sukses, yaitu Pak Panca, Pak Ismail Nakhu dan satu lagi aku lupa namanya, maafkan aku ya Pak…. Kemudian, sambutan da