Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634 M),
adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. yang mempunyai nama lengkap
Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi. Pada zaman pra Islam ia bernama Abu Ka’bah,
kemudian diganti oleh Nabi SAW. menjadi Abdullah. Beliau lahir pada tahun 573
M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil akhir tahun 13 H bertepatan dengan bulan
Agustus 634 M, dalam usianya 63 tahun, usianya lebih muda dari Nabi SAW 3
tahun.
Diberi julukan Abu Bakar atau pelopor pagi hari, karena beliau termasuk
orang laki-laki yang masuk Islam pertama kali. Sedangkan gelar Ash-Shiddiq
diperoleh karena beliau senantiasa membenarkan semua hal yang dibawa Nabi SAW.
terutama pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj.
Abu Bakar adalah putra dari keluarga
bangsawan yang terhormat di Makkah. Semasa kecil dia merupakan lambang kesucian
dan ketulusan hati serta kemuliaan akhlaknya, sehingga setiap orang
mencintainya. Pengabdian Abu Bakar untuk Islam sangatlah besar. Ia menyerahkan
semua harta bendanya demi kepentingan Islam serta mengajak beberapa sahabatnya
seperti Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin
Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf serta memerdekakan Bilal bin Rabah. Ia selalu
mendampingi Rasulullah SAW. dalam mengemban misi Islam sampai Nabi SAW wafat.
Abu Bakar adalah bangsawan dan saudagar
sejak sebelum masuk Islam. Perniagaannya melampaui negeri-negeri jiran. Maka
tak heran ketika memeluk Islam Ia menjadi salah satu penopang dakwah dan jihad
dengan kelebihan harta yang dimilikinya, selain karena ketokohan dan
kebangsawanannya di kalangan Quraisy.
Sebagaimana yang juga dialami oleh para
pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh
penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun,
penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Abu
Bakar dengan pengorbanan harta membebaskan para budak tersebut dengan
membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.
Diriwayatkan bahwa Abu Bakar As-Siddiq
memiliki 9 toko yang semuanya habis dibuat untuk tegaknya agama Islam. Beberapa
budak yang ia bebaskan antara lain : Bilal bin Rabbah, Abu Fakih,
Ammar, Abu Fuhaira, Lubainah,
An Nahdiah, Ummu Ubays, Zinnira.
Soal kekayaan Abu Bakar dan
kedermawanannya tersebut diakui oleh sejarawan Kristen Mesir, Jurji Zeidan.
Jurji punya komentar menarik. Katanya, “Zaman khalifah-khalifah yang alim
adalah merupakan keemasan Islam. Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan,
kejujuran, kealiman, dan keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki
40.000 dirham, jumlah yang sangat besar waktu itu, akan tetapi ia habiskan
semua, termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan demi memajukan agama
Islam. Abu Bakar benar-benar menjadi penopang Rasulullah dalam berdakwah,
termasuk dalam hal ekonomi. Aisyah berkata, “Abu Bakar menginfakkan 4.000
dirham kepada Nabi.” Masih kata Aisyah, “Ketika meninggal dunia, beliau tidak
meninggalkan satu dinar dan tidak pula satu dirham pun.” (Fathul Baari, Ibnu
Hajar Al-Asqaini).
Beliau selalu mengiringi Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam selama di Makkah, bahkan dia lah yang mengiringi
beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam perjalanan hijrah hingga sampai ke
kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh peperangan yang
diikuti Rosulullahu shalallahu ‘alaihi wa sallam baik perang Badar, Uhud,
Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
Allah swt berfirman,”Jika kamu tidak
menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia
berkata kepada temannya,’Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
berserta kita.”’[Q.S.At-Taubah(9):40]’”
Para ahli tafsir sepakat bahwa salah
seorang dari dua orang itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra dan dialah orang
yang dimaksudkan dengan temannya.
Pada saat Rasulullah SAW mengumumkan
agar kaum Muslimin menyumbangkan harta mereka untuk dana perang melawan Romawi
di Tabuk, Abu Bakar membawa seluruh hartanya kepada Rasulullah SAW. “Apa yang
engkau sisakan untuk keluargamu?” tanya Rasulullah kepada Abu Bakar. “Allah dan
Rasul-Nya?” jawab Abu Bakar tanpa keraguan sedikitpun.
Inilah totalitas hati Abu Bakar. “Orang
yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati tak menyisakan apapun
melainkan apa yang ia cintai,” demikian komentar Imam al-Ghazali tentang kisah
beliau ini.
Totalitas hati itu membawa Abu Bakar SAW
menjadi orang yang paling makrifat kepada Allah di antara umat Rasulullah SAW
yang lain. Abu Bakar Radhiallâhu’anhu mengorbankan segalanya untuk Allah dan
Rasulullah SAW. Padahal, sebelumnya Abu Bakar adalah saudagar yang disegani di
Quraisy.
Abdullah bin Umar bercerita: Suatu
ketika Rasulullah SAW duduk, di samping beliau ada Abu Bakar memakai jubah
kasar, di bagian dadanya ditutupi dengan tambalan. Malaikat Jibril turun
menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan salam Allah kepada Abu Bakar.
“Hai Rasulullah, kenapa aku lihat Abu
Bakar memakai jubah kasar dengan tambalan penutup di bagian dadanya?” tanya
Malaikat Jibril. “Ia telah menginfakkan hartanya untukku sebelum Penaklukan
Makkah.” Sabda beliau, “Sampaikan kepadanya salam dari Allah dan sampaikan
kepadanya: Tuhanmu bertanya: Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah
tidak rela?”
Rasulullah SAW menoleh kepada Abu Bakar.
“Hai Abu Bakar, ini Jibril menyampaikan salam dari Allah kepadamu, dan Allah bertanya:
Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah tidak rela?” Abu Bakar
menangis:”Apakah aku akan murka kepada (takdir) Tuhanku!? (Tidak!) Aku rida
dengan (takdir) Tuhanku, Aku rida akan (takdir) Tuhanku.”
Semua miliknya habis untuk Allah dan
Rasulullah SAW. Inilah totalitas cinta. Cinta yang mengorbankan segalanya untuk
Sang Kekasih, tak menyisakan apa-apa lagi selain Dia di hatinya. “Orang yang
merasakan kemurnian cinta kepada Allah, maka cinta itu akan membuatnya
berpaling dari pencarian terhadap dunia dan membuatnya merasa tidak asyik
bersama dengan segenap manusia.” Demikian untaian kalimat tentang tasawuf cinta
yang pernah terucap dari mulut mulia Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq.
Salam Sukses & Berkah !
Facebook : Arif Prasetyo Aji | Twitter :
@arifaji
Comments