Orang banyak berkata “Saya tidak bisa berbisnis”, padahal belum ada yang kita lakukan untuk memulainya. “Saya bukan turunan pengusaha”, “Saya tidak berbakat”, “Saya tidak punya uang”, “Saya tidak punya keahlian”, “Saya tidak bisa jualan”. “Saya sudah tua”. Padahal mencoba saja kita belum, tetapi vonis sudah kita jatuhkan. Begitulah kita hingga akhirnya. Sesuai vonis kita. Kita hanya akan berubah, jika vonis kita cabut dan mulai mencoba.
Faktanya banyak pengusaha sukses yang mereka bukan anak pengusaha, tidak punya modal sama sekali, tidak mengenyam pendidikan tinggi, bahkan ada yang memulai bisnis dan sukses di masa pensiun.
Berani Bermimpi
Apakah anda percaya adanya surga? Tentu. Apa jadinya jika anda tidak percaya ada surga? Kita tidak bisa masuk surga tentunya. Begitu pun dengan bisnis. Apakah anda percaya anda bisa kaya? Jika anda percaya, satu kunci sudah anda raih untuk kaya, yakni keyakinan. Apakah mungkin sesuatu yang anda tidak yakini akan anda dapatkan?
Sayangnya masih banyak yang tidak berani bermimpi, padahal mimpi gratis dan tidak ada resikonya. Ingatlah bahwa “Allah tergantung persangkaan hambanya” demikian kalimat dalam sebuah hadits qudsi. Maka bermimpilah dan yakinlah bahwa anda dapat meraih mimpi anda.
Berani Memulai/Mencoba
Seribu kilometer perjalanan, selalu dimulai dari langkah pertama. Menapaki tangga yang tinggi, pastilah dimulai dari anak tangga pertama. Bila anda ingin menjadi pengusaha kaya, mulailah berbisnis sekarang juga, tak peduli berapa besar skala bisnis yang anda mulai, mulai dan mulai saja.
Mengapa orang banyak tidak memulai bisnis?
- Karena takut rugi
- Karena tidak tahu cara memulai
- Karena merasa mapan/cukup
Dengan bergabung dengan komunitas pengusaha atau calon pengusaha paling tidak rasa takut akan berkurang dan insya Allah akan hilang. Kebingungan dalam memulai dengan sendirinya terjawab.
Mengapa kita harus takut, kalau yang kita lakukan adalah ibadah dan jihad dalam ekonomi? Bukankah Allah akan selalu menyertai langkah hambaNya yang berjuang dengan sungguh-sungguh. Bukankah setiap yang melata di muka bumi ini telah Allah jamin makannya. Sehingga meskipun bisnis kita bangkrut kita dan keluarga tidak akan pernah mati kelaparan.
Mengapa kita tidak tahu bagaimana harus memulai? Karena memang kita jarang atau bahkan tidak mencari tahu kepada orang-orang yang lebih pengalaman.
Anda bingung memulainya? Lihat apa yang anda miliki yang bisa anda jual. Keahlian dan hobby anda, ide anda atau barang dagangan yang dimiliki oleh teman kita yang dapat kita jual. Mulai saja, maka anda akan merasakan hasilnya.
Abdurahman bin Auf, seorang sahabat Rasulullah SAW menjadi konglomerat besar di Madinah (tanpa modal uang dan kenalan) dengan menjadi makelar/broker yang mengambil barang di satu tempat dan menjualnya di tempat lain. Begitu pun pengusaha sukses lainnya. Banyak yang memulai dengan menjualkan barang/jasa orang lain. Mengapa anda tidak?
Berani Sukses dan Gagal
Tidak ada yang instan. Tidak ada hasil yang seketika, kecuali adalah semu dan fatamorgana. Biasanya jika sesuatu dengan mudah anda dapatkan, mudah pula kita kehilangan. Jangan hanya lihat pengusaha sukses saat ini saja. Lihatlah betapa mereka telah mengalami kegagalan yang tak terhitung banyaknya.
Sukses = Gagal + 1
Artinya, jika anda telah gagal 3 kali, cobalah sekali lagi. Siapa tahu yang ke-4 anda akan sukses. Begitu seterusnya. Sukses berbanding lurus dengan jumlah kegagalan. Semakin sering kita gagal berarti semakin dekat dengan kesuksesan. Problemnya gagal seperti apa yang mendekatkan kita pada kesuksesan?
Berani Mengevaluasi Diri
Kegagalan adalah guru yang paling baik bagi kita. Perang uhud adalah salah satu perang terbesar yang dianggap gagal dizaman nabi, tetapi perang uhud pulalah yang paling banyak diambil pelajarannya oleh umat Islam. Artinya sekali gagal bukanlah kiamat bagi bisnis kita. Bukan berapa banyak kegagalan yang pernah kita alami, yang penting adalah berapa kali kita bangkit dari kegagalan.
Kegagalan yang dapat memberikan hikmah dan pelajaran bagi kitalah yang membawa kita kearah kesuksesan. Kalaulah kita gagal dalam bisnis dan kembali gagal dengan permasalahan yang sama, penyebab yang sama, kita tidak lebih baik dari keledai. Keledai saja tidak jatuh pada lubang yang sama kedua kali.
Maka keberanian untuk mengevaluasi diri, kejujuran untuk mengakui kelemahan dan kekurangan kita adalah suatu pelumas yang dapat melicinkan jalan kita menuju sukses.
Lakukanlah dua hal. Pertama, evaluasi secara ruhiyah/spiritual. Ketika kita ditipu, ketika kita rugi atau ketika kita gagal dalam bisnis maka periksalah diri kita. Adakah kewajiban dari Allah yang telah kita lalaikan? Adakah dosa/maksiat yang kita perbuat? Adakah kita melalaikan amanah lain/menzhalimi orang lain dimasa lalu atau saat menjalankan bisnis?
Setelah anda melakukan langkah pertama dengan jujur, saya haqqul yaqin, bahwa kemudian kita akan tersenyum menghadapi kegagalan/kerugian tersebut seraya berujar, “Sungguh Engkau maha adil ya Allah, maha pengasih dan maha penyayang. Semoga seluruh kegagalan/kerugian ini membayar lunas semua kesalahanku pada masa lalu, tanpa harus menunggu dibayar di akhirat”. Dan yakinlah, bahwa setelah kesusahan selalu ada kemudahan.
Langkah kedua, evaluasi secara teknis managerial bisnis anda. Periksa apakah produk anda berkualitas? Apakah harganya kompetitif? Bagaimana dengan promosinya? Pelayananan yang diberikan? Strategiskah lokasi usaha anda? Sudahkah anda kelola keuangan anda dengan baik? Apakah anda memiliki SDM yang amanah dan produktif?
Mintalah orang lain menjawabnya. Karyawan anda. Pelanggan anda. Pesaing anda. Partner anda. Mintalah mereka untuk menyampaikan kritik dan keluhannya. Lupakan segala pujian atas produk dan perusahaan anda. Orang maju lebih banyak karena dikritik. Orang jatuh lebih banyak karena pujian.
Salam Sukses & Berkah !
Arif Prasetyo Aji
FB : Arif Prasetyo Aji | Twitter : @arifaji
Comments