Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2007

India Melahirkan Orang Ter-KAYA Dunia

Hari ini sebagai aktifitas rutin untuk memenuhi asupan berita, aku membuka detik.com seperti biasanya. Tapi ada yang menarik disini ketika aku membaca judul berita “Mukesh Ambani Geser Bill Gates Jadi Orang Terkaya Di Dunia” . Bagi saya ini adalah berita yang luar biasa mencengangkan yang menunjukkan bagaimana orang dari Asia bisa menjadi orang terkaya di dunia. Memang tidak ada sesuatu yang tidak mungkin termasuk mengalahkan dominasi Negara adi daya saat ini he…he…. Masih lekat dalam ingatanku ketika Bos Jawa Pos , Dahlan Iskan mengulas dengan sangat baik terkait kehidupan keluarga dua bersaudara India, Mukesh Ambani & Anil Ambani beberapa waktu yang lalu yang kemudian juga saya ulas lagi di blog saya ini . Dan memang tidak mengherankan kalau akhirnya Mukesh Ambani menjadi orang terkaya dunia kalau melihat kehidupan dan bagaimana orang tuanya mempersiapkan anak-anaknya untuk menjadi orang sukses. Berdasarkan informasi dari Surat Kabar berbahasa Inggris terbitan India , &

Catatan Idul Fitri II : Emansipasi & Kesetaraan

Dalam suatu kesempatan pasca Hijrah, Rasulullah saw mengumpulkan para Tokoh dan Kaum Muslimin yang ada di Madinah. Rasulullah saw menyampaikan pidato yang sangat fenomenal dan karenanya dibadikan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut ini : ”ayyuhan naas ; absus salam, wa ath’imu tho’am, wasilul arham, washollu bilaili wannaasu niyam” ”wahai sekalian manusia ; tebarkanlah salam, dan berikanlah makanan, dan sambung silaturrahim, dan sholatlah di malam hari saat manusia tidur” Dalam syarahnya, Imam Tirmidzi menyampaikan bahwa Rasulullah mengawali pidatonya dengan ”AYYUHAN NAAS” adalah untuk menunjukkan bahwa manusia itu memiliki kesetaraan dihadapan Allah SWT. Tidak ada perbedaan antara kaya & miskin, pejabat & bawahan, kuat & lemah kecuali TAQWA nya dihadapan Allah SWT. Jadi jauh sebelum dunia berteriak tentang emansipasi & kesetaraan, Rasulullah saw sudah membuktikan kesetaraan pada tingkat yang aplikatif bukan hanya sekedar retorika.

Catatan Idul Fitri I : kembali ke FITHRAH

Kembali saat ini kita masih bisa menikmati suasana Idul Fitri 1428 meskipun masih ada juga perbedaan dalam penentuan 1 Syawalnya sehingga ummat ini akhirnya ber-idul fitri tidak lagi bersamaan. Dan Alhamdulillah dalam tradisi muslim jawa kemarin baru saja melaksanakan LEBARAN KETUPAT, yang tentu saja ditandai dengan melimpahnya makanan seperti ketupat, opor ayam, sambal goreng ati dsb. FITHRAH DALAM SYMBOL Belum selesai Ramadhan, kebanyakan kita sudah mulai disibukkan dengan pekerjaan “symbol” ini, dari mulai mempersiapkan BAJU BARU untuk keluarga dan kita sendiri, persiapan MUDIK ke kampung halaman sampai dengan acara HALAL BIHALAL / REUNI-AN. Kebanyakan kita juga tidak merasa sedih ketika Ramadhan akan segera berakhir (baca : sepuluh hari terakhir ramadhan) karena disibukkan dengan euphoria kegiatan “symbol” seperti yang tersebut di atas. Masjid yang pada awal Ramadhan “ramai”, menjelang akhir ramadhan ini sudah mulai “sepi” lagi, bahkan ada masjid yang “terkunci” di malam h

Menciptakan Harmonisasi Keluarga

Ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk melakukan harmonisasi keluarga. Betapa banyak aktifitas ibadah di bulan ramadhan yang bisa kita lakukan bersama-sama kelurga, seperti buka bersama keluarga, sahur bersama keluarga, sholat tarawih berjama’ah dengan keluarga dan aktifitas lainnya yang sangat sayang kalau itu kita lakukan sendirian. Kita bisa mendengarkan celoteh anak-anak kita yang membaca do’a berbuka puasa meskipun dengan sedikit cadel dan suasana lainnya yang terasa sangat indah dan membangkitkan semangat beribadah kita kepada Allah SWT. Itulah yang dilakukan Rasulullah SAW, yaitu mengajak serta seluruh anggota keluarganya untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini bisa kita lihat dalam salah satu riwayat hadist yang mengungkapkan tentang kebiasaan Rasulullah SAW ketika memasuki sepuluh hari yang terakhir di bulan ramadhan, yaitu : MengHIDUPkan MALAM dengan banyak beribadah kepada Allah SWT. MengKENCANGkan ikat pinggangnya, maksudnya : mengurangi makan, mengur

Menegakkan Nilai-Nilai Ramadhan

Ramadhan Segera Berlalu Seiring dengan cepatnya waktu berlalu, ternyata tanpa terasa ramadhan begitu cepatnya berjalan meninggalkan kita. Padahal kita belum maksimal membaca Al-Qur’an, belum maksimal shalat malam, belum maksimal melaksanakan shiyam dan juga belum optimal untuk melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Setetes air mata mengalir dari ujung mata, perasaan sedih bergemuruh dalam kalbu, Ya Allah, akankah Ramadhan tahun depan, kami masih dapat bertemu lagi dengan bulan Ramadhan? Dahulu para salafuna shaleh, air mata mereka meleleh membasahi pipi dan lihyah lantaran Ramadhan pergi meninggalkan mereka. Terkadang dari lisan mereka terucap sebuah doa, sebagai ungkapan kerinduan akan datangnya ramadhan dan ramadhan : ”Ya Allah SWT, anugerahkanlah lagi kepada kami bulan Ramadhan, anugerahkanlah lagi kepada kami bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan…” Didalam suatu kesempatan Rasulullah saw, melakukan mutaba’ah/evaluasi terkait prestasi ibadah para Sahabat dan di

Amalan Ahli Surga

Syaikh Said Hawa dalam salah satu bukunya “TAZKIYATUN NAFS / MENYUCIKAN JIWA” yang merupakan ringkasan dari KITAB IHYA’ ULUMUDDIN – IMAM AL GHOZALI yang termahsyur itu menyampaikan bahwa, ada 5 prasyarat untuk masuk surga (tetap istiqomah berada dalam amalan ahli surga), diantaranya : Menjaga istiqomah & konsistensi dalam beribadah kepada Allah SWT Melakukan amal ibadah dengan penuh keseriusan Selalu menumbuhkan "muroqobatullah” baik dalam kesendirian maupun kebersamaan Menantikan datangnya kematian dengan penuh kesiapan Membiasakan diri untuk bermuhasabah MENJAGA ISTIQOMAH & KONSISTENSI DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH SWT Istiqomah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam apa-apa keadaan sekalipun. ”Katakanlah (Wahai Muhammad) : ’Sesungguhnya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada Aku bahwa Tuhan kamu hanyal

ada SURGA, kenapa harus ke NERAKA

Kembali megenang masa awal mentoring di kampus dulu, teringat apa yang disampaikan oleh mentor yang kebetulan adalah kakak kelasku ketika bicara ma’rifatul islam. Dikatakan bahwa ada hadsit Rasulullah SAW, yang kira-kira muatannya adalah : Allah menyediakan 2 jalan untuk manusia yaitu “shirathal mustaqim” (jalan lurus), yang merupakan jalan keselamatan yang ditempuh oleh orang-orang beriman dan “shiratus syaithan” (jalan syaithan), yang merupakan jalan kesesatan yang dilalui oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT. Dan Rasulullah SAW mengibaratkannya dengan menggambarkan diatas tanah dengan menarik sebuah garis lurus untuk menggambarkan jalan lurus tadi, kemudian menarik garis yang lain yang tegak lurus garis yang pertama tadi untuk menggambarkan betapa jebakan jalan kesesatan itu begitu beragam dan banyak sekali. Sejalan dengan hadist Rasulullah SAW tadi, ada falsafah orang jawa yang pernah diungkapkan oleh pak shahab (dosen teknik mesin its) dulu yaitu : bahwa or