Skip to main content

Catatan Idul Fitri I : kembali ke FITHRAH

Kembali saat ini kita masih bisa menikmati suasana Idul Fitri 1428 meskipun masih ada juga perbedaan dalam penentuan 1 Syawalnya sehingga ummat ini akhirnya ber-idul fitri tidak lagi bersamaan. Dan Alhamdulillah dalam tradisi muslim jawa kemarin baru saja melaksanakan LEBARAN KETUPAT, yang tentu saja ditandai dengan melimpahnya makanan seperti ketupat, opor ayam, sambal goreng ati dsb.
FITHRAH DALAM SYMBOL
Belum selesai Ramadhan, kebanyakan kita sudah mulai disibukkan dengan pekerjaan “symbol” ini, dari mulai mempersiapkan BAJU BARU untuk keluarga dan kita sendiri, persiapan MUDIK ke kampung halaman sampai dengan acara HALAL BIHALAL / REUNI-AN. Kebanyakan kita juga tidak merasa sedih ketika Ramadhan akan segera berakhir (baca : sepuluh hari terakhir ramadhan) karena disibukkan dengan euphoria kegiatan “symbol” seperti yang tersebut di atas.
Masjid yang pada awal Ramadhan “ramai”, menjelang akhir ramadhan ini sudah mulai “sepi” lagi, bahkan ada masjid yang “terkunci” di malam hari padahal kita disunahkan untuk melaksanakan I’TIKAF di Masjid. Pergerakan manusia sudah mulai bergeser ke tempat dimana persiapan kegiatan “symbol” dibutuhkan. Pusat perbelanjaan (baca : Mal-Mal) mendadak ramai apalagi setelah menerima THR, juga pusat-pusat pembelian tiket (terminal, stasiun, demaga, bandara, dll) selain juga kadang Pusat Hiburan.
FITHRAH DALAM MUHASABAH
Kita sudah terlanjur larut dalam hiruk pikuk kegiatan “symbol” tersebut di atas. Bukannya tidak penting kegiatan ini, tapi kita perlu menanyakan lagi kepada diri kita yang paling dalam, apakah Ramadhan tahun ini sudah membekas di dalam sanubari kita ?. Ramadhan yang maknanya “MEMBAKAR” apakah sudah betul-betul membakar dosa-dosa kita dan mengantarkannya pada “TAUBATAN NASUHA” ?.
Dari maknanya secara harfiah, salah satu pengertian IDUL FITRI diterjemahkan dengan kembali kepada FITHRAH atau KESUCIAN, karena telah ditempa dengan ibadah sebulan penuh di bulan Ramadhan. Dan karenanya ia mendapatkan ampunan dan maghfirah dari Allah SWT.
Seiring dengan datangnya bulan SYAWAL yang artinya adalah bulan PENINGKATAN sewajarnya kita perlu bertanya sekali lagi seberapa kita mau meningkatkan kuantitas & kualitas HIDUP & IBADAH saat ini dan mendatang.
Sebelum itu, kita perlu juga bersimpuh dihadapan Allah SWT dengan penuh ketundukan dan keta’atan dan berdo’a kepada-Nya :
Ya Allah, terimalah ibadah puasa-ku, terimalah qiyamullail-ku, terimalah tilawah qur’an-ku, terimalah zikir-ku, terimalah amal infaq-shodaqoh-zakat-ku dan amalan ibadah kebaikan yang sempat kuperbuat selama bulan Ramadhan kemarin.
Jadi amal IBADAH & kualitas HIDUP yang seperti apakah yang sudah kita persiapkan untuk kita laksanakan segera setelah berlalunya bulan Ramadhan ?.
Hari ini harus lebih baik dari sekarang dan hari yang akan datang harus lebih baik dari hari ini.
Catatan Penting :
hanya sebuah untaian do’a supaya ramadhan bermakna di hati dan membekas dalam amal hidup yang kujalani saat ini. Amiin.

Comments

Popular posts from this blog

Teman Sejati

Selama ini ku mencari cari teman yang sejati buat menenami perjuangan suci Bersyukur kini padamu Illahi, teman yang dicari selama ini telah kutemui Dengannya disisi, perjuangan ini senang diharungi, bertambah murni kasih Illahi Kepadamu Allah kupanjatkan do’a, agar berkekalan kasih sayang kita Kepadamu teman kupohon soskongan, pengorbanan dan pengertian Tlah kuungkapkan segala-galanya, itulah tandanya kejujuran kita (Syair Nasyid “Teman Sejati”-Brothers) Saya sangat ingat betul dengan lirik lagu ini, karena pada saat booming album “brothers” ini, kami bersepeluh orang dari FSLDK melakukan perjalanan Jakarta-Padang PP. Dan sepanjang perjalanan itu yang berkumandang di mobil hanya kaset milik Mas Brothers ini. Dan hitsnya adalah ”Teman Sejati” ini. Teman dan sahabat sangat dibutuhkan manusia. Senyum saja andaikata tidak dengan temannya, bisa disangka yang tidak-tidak bahkan barangkali ada yang nyelethuk ”gila kali”. Dengan teman dan sahabat, tidak hanya senyum yang dapat kita l...

Sensasi Asem-Asem Pedas Ikan Kutuk Kelo Kuning Asli Lamongan

Lamongan ini memang rajanya kuliner , hampir di setiap kota di negeri ini selalu ada menu kuliner Lamongan seperti misalnya, soto lamongan, tahu campur , dll. Kalau kita memasuki kota Lamongan maka akan disuguhi pemandangan ada ibu-ibu yang berjajar rapi dengan borannya, itulah yang disebut dengan Nasi Boran . Kenapa disebut nasi boran ya karena nasinya ditaruh di dalam sebuah boran yang terbuat dari anyaman bambu. Melihatnya saja sudah gundah gulana dibuatnya apalagi kalau sudah mencoba dijamin nambah lagi he..he.. Tapi yang ndak suka pedas, jangan asal beli bisa-bisa nanti perutnya tidak bersahabat, tanya dulu apa ada bumbu yang nggak pedas.

[ #IsomanStory ] Bismillah, Akhirnya Alumni Covid-19

Akhirnya Covid-19 mampir ke tubuh saya selama 23 hari. Dan alhamdulillah di hari ke-23 bertepatan dengan Idul Adha, Selasa 20 Juli 2021, SWAB PCR sudah menunjukkan hasil NEGATIF.  Alhamdulillah, syukur kepada Allah SWT yang masih berkenenan memberikan kesempatan kedua kepada saya. Koq lama 23 hari? Di hari ke-15 sebenarnya SWAB dan hasilnya masih positif dengan CT 24. Makanya dianjurkan isoman lagi dan test berikutnya sekalian bareng tuntasnya isoman istri yang terpapar juga. Gejala awalnya, tanggal 28 dan 29 juni 2021, badan demam, pusing, lemas dan maunya tidur terus. Tanggal 29 swab anti gen mandiri dan hasilnya positif covid-19. Kemudian dikonfirmasi tanggal 30 juni 2021 dengan Test SWAB PCR dan takdirnya hasilnya POSITIF juga. Gejala berikutnya, seperti flu, berdahak, berkurangnya indra penciuman, nafas terasa pendek, cenderung lemas dan yang paling tidak saya suka yaitu ndak mau makan. Sudah dicoba berbagai menu paling pol hanya 4 sendok saja, kalau diteruskan bis...