Kebanyakan orang itu memiliki formula dalam mengelola keuangannya adalah : penghasilan - pengeluaran = saving. Padahal seharusnya paling tidak formulanya adalah seperti ini : penghasilan - saving = pengeluaran. Kalau dilihat dua formula tersebut memang ada perbedaan terutama dalam “paradigma” pengelolaan keuangan yang cerdas. Nah, bagaimana dengan anda...?
Sesuai dengan postingan sebelumnya, kita harus memiliki cita-cita kemudian baru kita buat strategi dan yang terpenting adalah perkiraan keuangan yang kita butuhkan untuk memenuhi seluruh cita-cita yang kita rumuskan tadi. Dari sumber mana saja keuangan itu kita dapatkan dan akhirnya usaha apa yang bisa memenuhinya.
Pak Subchan mencontohkan tentang rencana pendidikan bagi keempat anaknya dari mulai lahir sampai dengan minimal sarjana. Beliau menginginkan semua anaknya mendapatkan pendidikan yang baik dan bisa mengenyam kuliah di luar negeri. Saat ini anak-anaknya masih sekolah di SD Al Hikmah Surabaya.
Berikutnya beliau lakukan perencanaan keuangan, berapa dana yang dibutuhkan tiap tahunnya tentunya dengan memperhatikan tingkat inflasi. Selanjutnya baru menentukan usaha apa atau sumber keuangan mana untuk memenuhi kebutuhan tadi, serta berapa dana yang ditabung setiap bulannya.
Nah, itu adalah contoh sederhana dari konsep Discovery Driven Planning (DDP). Metode perencanaan ini diperkenalkan oleh Rita Gunther McGrath dari Columbia Business School dan Ian C. MacMillan dari Wharton Business School. Berbeda dengan pemakaian metode perencanaan konvensional yang memulai perhitungan dari modal, pemasukan, dan pengeluaran untuk menghitung laba.
Perencanaan dengan metode DDP memulai perencanaan dari laba terlebih dahulu. Jadi, pertama-tama kita tentukan dulu laba yang hendak kita peroleh melalui usaha baru ini. Setelah itu barulah kita bergerak mundur dengan menentukan nilai parameter-parameter lain yang harus dipenuhi untuk mencapai laba tersebut.
Untuk memahami konsep ini lebih lanjut, anda bisa mempelajarinya melalui artikel berikut ini. Nah, kalau pengin jadi pakar anda bisa belajar banyak dari literatur berikut ini.
Lamongan ini memang rajanya kuliner , hampir di setiap kota di negeri ini selalu ada menu kuliner Lamongan seperti misalnya, soto lamongan, tahu campur , dll. Kalau kita memasuki kota Lamongan maka akan disuguhi pemandangan ada ibu-ibu yang berjajar rapi dengan borannya, itulah yang disebut dengan Nasi Boran . Kenapa disebut nasi boran ya karena nasinya ditaruh di dalam sebuah boran yang terbuat dari anyaman bambu. Melihatnya saja sudah gundah gulana dibuatnya apalagi kalau sudah mencoba dijamin nambah lagi he..he.. Tapi yang ndak suka pedas, jangan asal beli bisa-bisa nanti perutnya tidak bersahabat, tanya dulu apa ada bumbu yang nggak pedas.
Comments