Waktu diskusi dengan teman-teman Unair, saya mengawalinya dengan pertanyaan-pertanyaan : siapa yang finish terlebih dahulu, berapa jumlah pemain yang bisa finish, apa yang dirasakan oleh pemain yang tidak bisa finish/finish pada urutan belakang, apa yang diperoleh dengan prestasi yang telah dicapai.
Pertanyaan tadi adalah kalimat tanya ”retoris”, yang tidak membutuhkan jawanban memang tapi membutuhkan perenungan yang mendalam akan tujuan hidup yang ingin kita gariskan. Supaya diri kita bisa melesat seperti lepasnya anak panah dari busur untuk menggapai ”asa” kita maka kita harus bisa merenungkan sekali lagi akan garis hidup yang ingin kita capai. Setinggi apapun tujuan hidup itu dan sebesar apapun pengorbanan yang siap kita tanggung.
Saya jadi teringat sebuah film dari Iran yang berjudul ”Children Of Heaven” yang menceritakan kisah hidup sebuah keluarga yang tidak berkecukupan tapi memiliki dedikasi yang tinggi dalam pendidikan anaknya. Bagiamana kita lihat perjuangan adik-kakak yang menjalani rutinitas sekolahnya dengan hanya satu sepatu yang dipakai secara bergantian. Dan sang kakak ingin mengikuti perlombaan lari marathon dan hanya ingin juara 3 karena hadiahnya adalah sepasang sepatu. Tapi justru inilah yang memberikan spirit sampai akhirnya sang kakak ini bisa finish sempurna sebagai juara pertama.
Tiga Sektor
Paling tidak ada tiga sektor kehidupan yang bisa dimasuki setelah keluar kampus, yaitu sektor privat, sektor publik dan sektor ketiga.
Sektor Privat, merupakan sektor yang berhubungan dengan kekuatan ekonomi dan profesi. Kekuatan ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kekuatan politik dalam perumusan kebijakan publik. Di sektor ini orientasinya adalah profit dengan karakteristik berkaitan dengan fungsi ekonomi, fungsi investasi dan promosi kemandirian. Contoh di sektor ini adalah : BUMN/BUMD, Swasta/Entrepreneur, Koperasi.
Proses rekruitmen dan seleksi pegawai di suatu perusahaan umumnya memiliki alur sebagai berikut : Seleksi administratif – psikotes – interview – medical test – pegawai percobaan.
Sementara kita juga melihat di dunia bisnis/entrepreneur, biasanya orang yang memilih terjun di dunia bisnis / entrepreneur cenderung tidak terlalu peduli dengan IPK, yang penting bisa menjalankan bisnis dan mendapatkan profit yang besar dan juga berkah. Contohnya banyak sekali, lihat saja om Bill Gates, Thomas Alfa Edison, Mas Hendy Setiyono (Kebab Turki Baba Rafi). Makanya sering ada ”joke” seperti ini :
IPK tinggi (cumlaude), untuk para pemikir IPK sedang (memuaskan), untuk para profesional / leader IPK rendah, untuk para pemilik modal (owner)
Modal Sukses Bagi Mahasiswa
Selain persyaratan yang sifatnya ”administratif” seperti diatas, masih banyak indikator lain yang perlu dimiliki, yaitu : kemampuan komunikasi, pengalaman organisasi selama di kampus, kemampuan networking dan wawasan yang luas tentang dunia di ”luar” kampus.
Globalisasi menuntut kita untuk bisa berkomunikasi dalam jangkauan dunia yang sangat luas dan hampir tak berbatas. Penguasaan akan bahasa asing/internasional adalah kebutuhan mendesak bagi bangsa indonesia disamping juga cara/teknik berkomunikasi itu sendiri yang menyangkut komunikasi verbal, vokal maupun visual. Terlepasnya pulau ambalat, lagu ”rasa sayange” yang dipakai promosi wisata Malaysia misalnya adalah karena buruknya komunikasi bangsa ini.
Pengalaman selama di kampus juga memberi nilai tersendiri baik itu yang berhubungan dengan akademik maupun non akademik. Katakanlah seperti menjadi asisten dosen/laboratorium, pengurus organisasi kemahasiswaan seperti Senat Mahasiswa, BEM, Himpunan Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa akan memberi warna yang berbeda bagi mahasiswa.
Yang tak kalah pentingnya dan ini sering dilupakan adalah ”networking” baik itu internal maupun external kampus. Berdasarkan pengalaman, dalam dunia mahasiswa sangat disayangkan kalau kita tidak memiliki ”networking” yang luas atau dalam bahasa lainnya gak ”gaul” gitu. Menjadi mahasiswa adalah peluang bertemu dengan orang-orang hebat dan sukses dibidangnya masing-masing. Karena aktif di organisasi, saya akhirnya bisa bertemu dengan orang hebat di negeri ini disamping juga bisa berkelana ke belahan bumi yang lain.
Wawasan adalah modal yang tak kalah pentingnya, jadi sangat aneh bin ajaib kalau sebagai mahasiswa, ”kuper” dalam hal yang satu ini. Fasilitas internet di kampus sangat mudah dan tak berbiaya, seminar-seminar di kampus juga bejibun jumlahnya tinggal atur jadwal saja kita mau ikut yang mana, selain dapat makan gratis juga sebagai pertimbangan he..he..hitung-hitung ”ngirit” uang saku.
Terakhir, saya merekomendasikan bagi mahasiswa/calon mahasiswa untuk membaca bukunya Dr. Daniel M. Rosyid yang berjudul ”Sukses Kuliah Di Perguruan Tinggi, Siapa Takut ?”. Saya dulu pernah diberi Pak Daniel Softcopynya sebelum buku ini naik cetak, beberapa kali juga sempat diseminarkan di ITS. Buku itu menceritakan bahwa ”kuliah” adalah ”proyek” yang membutuhkan perencanaan dan strategi untuk menggapai sukses.
Catatan Penting :
Trimakasih kepada salah seorang senior staf HRD PT. Indosat, Direktur Rumah Sakit Wiyung Sejahtera, Salah seorang pejabat publik dan Pak Daniel M. Rosyid serta rekan-rekan entrepreneur atas diskusinya selama ini.
Paling tidak ada tiga sektor kehidupan yang bisa dimasuki setelah keluar kampus, yaitu sektor privat, sektor publik dan sektor ketiga.
Sektor Publik, adalah sektor yang strategis dalam mempengaruhi, memutuskan atau menerjemahkan kebijakan publik. Motifnya adalah nonprofit dengan karakteristis mengelola kebijakan, regulasi, mendorong persamaan, mencegah eksploitasi dan mendorong kohesi sosial. Contoh di sektor ini adalah : Legislatif, Eksekutif & Yudikatif.
Sektor Ketiga, Merupakan Lembaga Nirlaba, Lembaga Swadaya Masyarakat diluar dua sektor di atas yang berfungsi mengoptimalkan potensi masyarakat, peningkatan taraf hidup. Pengelolaan yang serius dengan memberikan perhatian dan waktu yang cukup menjadi kunci bagi suksesnya LSM dalam memunculkan tokoh dan mempengaruhi kebijakan publik.
Parameter Sukses Bagi Mahasiswa
IPK, apakah mendapatkan IPK yang tinggi menjadi sesuatu yang penting bagi anda ? Sementara kenyataan di lapangan/dunia kerja/profesi, IPK hanya dijadikan sebagai tolok ukur/alat untuk seleksi administratif dalam proses seleksi calon pegawai di suatu perusahaan. Satandard IPK umumnya yang dibutuhkan suatu perusahaan, untuk teknik minimum berkisar 2.75 / 2.80 sedangkan non teknik minimum 3.00. Standard lainnya dalam seleksi administratif adalah universitas faavorit atau bukan trus ditambah lagi fakultas/jurusannya relevan atau tidak dengan posisi yang akan ditawarkan.
IPK, apakah mendapatkan IPK yang tinggi menjadi sesuatu yang penting bagi anda ? Sementara kenyataan di lapangan/dunia kerja/profesi, IPK hanya dijadikan sebagai tolok ukur/alat untuk seleksi administratif dalam proses seleksi calon pegawai di suatu perusahaan. Satandard IPK umumnya yang dibutuhkan suatu perusahaan, untuk teknik minimum berkisar 2.75 / 2.80 sedangkan non teknik minimum 3.00. Standard lainnya dalam seleksi administratif adalah universitas faavorit atau bukan trus ditambah lagi fakultas/jurusannya relevan atau tidak dengan posisi yang akan ditawarkan.
Selain persyaratan yang sifatnya ”administratif” seperti diatas, masih banyak indikator lain yang perlu dimiliki, yaitu : kemampuan komunikasi, pengalaman organisasi selama di kampus, kemampuan networking dan wawasan yang luas tentang dunia di ”luar” kampus.
Trimakasih kepada salah seorang senior staf HRD PT. Indosat, Direktur Rumah Sakit Wiyung Sejahtera, Salah seorang pejabat publik dan Pak Daniel M. Rosyid serta rekan-rekan entrepreneur atas diskusinya selama ini.
Comments
tantangan nya apa aja pak ?
Kecuali kalo sblm kuliah kita pancangkan dulu cita-cita kuliah S2 itu untuk apa...
Atau malah nikah dulu kali yah..biar tantagannya tetap ada...he..he..
Salam
Successbility Thinking