Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa hendaknya manusia menghisab (menghitung-hitung amalnya) dirinya sendiri sebelum Allah yang menghisab dirinya. Hendaknya pula manusia melihat dan memperhatikan bekal dan tabungan amal shalih yang akan dibawa ke hadapan Rabbnya. Bahkan, Allah memberikan penegasan kepada manusia dua kali dalam ayat ini untuk selalu bertakwa kepada-Nya yang mencakup pelaksanaan semua perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Sehubungan dengan itu, Umar bin Khattab, sahabat Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wassallam pernah pula berkata,“Hisablah dirimu sendiri sendiri sebelum dirimu dihisab (pada hari kiamat), dan timbanglah amal perbuatanmu sendiri sebelum perbuatanmu ditimbang (pada hari kiamat).” (diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzy)
Seorang Tabi’in (generasi as-salaf as-shalih setelah generasi sahabat) bernama Hasan Al-Bashriy juga pernah memberikan nasehat yang bijak dan indah berkaitan dengan muhasabah. “Seorang mukmin itu,” kata Sang Tabi’in, “adalah pimpinan bagi dirinya sendiri. Ia menginstropeksi dirinya karena Allah. Sesunggunya hisab (perhitungan) pada hari kiamat nanti akan menjadi ringan, bagi mereka yang telah melakukan introspeksi di dunia. Sebaliknya, hisab akan terasa berat bagi mereka yang tak pernah berintrospesi.”
Hasan Al-Bashriy bahkan mendo'akan orang yang bermuhasabah sebelum beramal. Beliau berkata,“semoga Allah merahmati seorang hamba yang berpikir di saat pertama ia melakukan sesuatu. Jika itu karena Allah, ia lanjutkan, dan jika bukan karenanya, ia menangguhkannya.” Maka, hal ini disebut dengan muhasabah sebelum beramal.
Mari kita bertanya di penghujung ramadhan ini, berapa banyak Alqur'an yang kita baca dalam sehari daripada media sosial yang sekali duduk boleh jadi kita seharian? Berapa banyak lafadz-lafadz Alqur'an yang kita lantunkan dan berbagai jenis zikir yang menghiasi bibir kita daripada berpuluh-puluh judul lagu yang kita nyanyikan bahkan hafalkan? Sudah berapa banyak hati dan raga yang tersakiti akibat dari lontaran kata pedas dan sakitnya pukulan kita? Sudah berapa sering kita shalat namun tidak tepat waktu bahkan tak jarang meninggalkannya?
Adakah waktu kita gunakan dengan sebaik mungkin ataukah selama diisi dengan berbagai macam kesia-siaan bahkan kemaksiatan yang mendatangkan murka Allah? astagfirullaah al-Adziim. Kadang bahkan seringkali dosa-dosa yang kita lakukan mengalir deras bak air terjun yang menerjang bebatuan tanpa kita sadari.
Saudaraku, di malam ke-29 Ramadhan 1441 H ini, marilah bersama kita MUHASABAH. Dan insyaallah TAUBAT adalah sebaik-baik buah MUHASABAH. Melalui gambar ini, aku juga titipkan rindu kami pada baginda Nabi SAW, kami titipkan jadwal agar secepatnya Allah bukakan jalan untuk ziarah ke Kota Nabi SAW.
Follow IG @firaprasa | Nitip Tulisan : www.firaprasa.blogspot.com
Comments