Untuk mengukur kualitas iman kita, sebenarnya mudah saja. Saat-saat menjelang ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk mengetahui kadar keimanan kita. Hal ini bisa diketahui dari sejauh mana kita meng“HARAP” datangnya bulan ramadhan dengan segala persiapan ruhiyahnya. “Ya Allah berkahilah kami dalam bulan rajab dan sya’ban dan sampaikanlah umur kami hingga dapat menjumpai datangnya bulan ramadhan”
“Nafsu manusia itu lebih jahat dari tujuh puluh syaitan”
Seseorang yang takut masuk neraka sama takutnya dengan kefakiran, maka dia masuk surga
Niat memegang peran yang sangat penting dalam ibadah. Jangan sampai ibadah yang kita lakukan sia-sia gara-gara salah dalam niat. Ketika melakukan shodaqoh misalnya jangan sampai niatnya agar dilihat orang sebagai dermawan, tetapi kita niatkan untuk Allah semata. Bagi Ibu-Ibu jangan sampai puasa niatnya untuk terapi kesehatan atau agar badannya langsing misalnya, dst.
Disamping itu, kalau kita memiliki niat berbuat baik tapi belum sempat terlaksana, sudah tercatat sebagai satu kebaikan. Tetapi kalau kita memiliki niat berbuat jahat/maksiat dan belum sempat terlaksana, maka sudah tercatat sebagai satu kemaksiatan. Jadi dalam hal ini kita jangan sampai salah niat.
Berhubung nilai pahala di bulan ramadhan dilipatgandakan sampai dengan 70 kali. Maka kita harus tahu waktu dimana kita harus beribadah secara khusus dan dimana kita melakukan aktifitas rutin dalam pekerjaan kita. Bulan ramadhan harusnya makin menambah produktifitas, bukan malah melakukan pengurangan jam kerja dan memperbanyak waktu tidur. Disamping ada pahala juga disini, termasuk pimpinan yang memberikan kelonggaran waktu (beribadah) bagi karyawannya. Ingat, Rasulullah saw tidak pernah tidur lagi habis sahur/shubuh.
Kita juga harus tahu ibadah-ibadah apa yang harus dilakukan dan berikutnya kita buat target pencapaian tentunya dengan mempertimbangkan aspek kuantitas dan kualitasnya sekaligus. Diantaranya adalah Puasa itu sendiri, qiyamullail (tarawih & witir di malam hari), tilawah qur’an, zakat-infaq-shodaqoh, dzikir, I’tikaf. Juga yang tak kalah spektakuler pahalanya adalah umrah ramadhan. Jadi yang punya rizqi berlebih ndak ada gunanya untuk menunda ibadah yang satu ini.
Comments