Saya mendengar istilah ini dari seseorang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia marketing. Ialah Pak Mahfudi yang memopulerkan istilah ini “MARKETING TENDER” pada pertemuan JATIM BUSINESS FORUM beberapa waktu yang lalu. Meskipun saya sudah pernah melakoninya, tapi belum terfikir dengan istilah yang satu ini.
Beliau saat ini adalah supplier sekaligus distributor alat-alat kesehatan dan pertanian. Beliau aktif memasarkan produknya dengan metode “MARKETING TENDER” ke berbagai instansi pemerintahan, seperti rumah sakit, dinas pertanian, laboratorium, dunia pendidikan dll.
Pak Mahfudi pernah mengawali usahanya dengan menjadi sales produk kesehatan juga pernah memiliki bisnis pertanian dan menjadi kontraktor dengan membangun sebuah rumah sakit di daerahnya. Dan yang paling mutakhir adalah yang dialokininya saat ini yaitu pemasaran dengan metode “marketing tender”.
Setelah mengalami pergulatan dengan dunia pemasaran yang begitu rupa, beliau berpendapat bahwa metode “marketing tender” adalah metode yang paling cepat untuk meningkatkan omset. Dimana “marketing tender” adalah metode pemasaran yang dilakukan dengan mengikuti tender di suatu instansi dan biasanya dalam skala yang besar. Dengan cara yang dilakukannya saat ini, beliau mengakui omset penjualnnya meningkat tajam, bahkan lebih dua kali lipatnya.
Apa yang perlu dipersiapkan untuk melakukan “marketing tender” ? Diantaranya adalah :
Pertama : Memiliki perusahaan yang berbadan hukum. Sebagai persyaratan administratif untuk mengikuti proses tender, maka ”perusahaan yang berbadan hukum” harus segera dimiliki. Kalau Belum pinya ya bisa pinjam dulu ke persusahaan yang sudah lama berkecimpung di dunia ini, itupun kalau boleh he..he.. Kalau memang betul-betul baru, bisa nge-sub juga ke perusahaan lain yang sudah biasa terjun di dunia ini
Kedua : Akses Informasi. Dalam dunia bisnis apapun, akses informasi menjadi penting untuk kita miliki, baik itu menyangkut informasi tentang suatu produk, instansi yang memiliki project maupun sumber pendanaan. Sehingga kita harus tahu APBN itu menganggarkan apa saja, didistribusikan kemana saja dan kapan waktunya.
Begitu pula dengan produk yang akan kita jual, barangnya ada dimana, berapa harganya dan apakah sesuai dengan spek yang ditawarkan. Tak kalah pentingnya adalah sumber pendanaan, Bank apa saja yang bisa memberikan investasinya untuk project APBN misalnya.
Ketiga : Aktif Dalam Suatu Komunitas. Dalam sebuah hadist disebutkan : “bahwa silaturrahim itu membawa dua dampak, pertama akan menambah umur dan yang kedua akan menambah rizqi”. Kalau kita sering berkumpul dalam suatu komunitas maka kita akan secara otomatis bergairah dan pastinya akan banyak hikmah yang bisa kita ambil selain juga peluang yang pastinya juga berkeliaran.
Jadi, segeralah bergabung dengan komunitas yang sudah ada seperti : tangandiatas, bismart, Surabaya Entrepreneur Club, Jatim Business Forum, KADIN, HIPMI maupun asosiasi yang ada seperti : GAPENSI, dll. Atau anda buat sendiri, hitung-hitung sebagai MASTERMIND anda sendiri.
Keempat : Kompetensi. Seiring dengan iklim kompetisi dewasa ini, maka suatu perusahaan diharapkan dapat memiliki kompetensi yang baik. Hal ini bisa ditunjukkan dengan tenaga ahli yang dimiliki disamping juga prtofolio yang selama ini pernah dikerjakan.
Karena pemilik proyek “owner” disamping memberikan penilaian secara administratif, juga melakukan penilaian menyangkut : kualitas produk, proses produksi dan maintenance after sales-nya. Nah, disini pentinga juga memilki sertifikasi terkait dengan kompetensi perusahaan yang kita miliki.
Baru saja Pak Mahfudi memenangkan tender pengadaan benih jagung di suatu daerah di Jawa Tengah dengan nilai menyentuh 11 digit. Dan hanya untuk mencari benih jagung, beliau sampai datang ke Makasar untuk mengikuti konferensi jagung dan akhirnya ketemulah dia dengan distributor benih jagung yang ternyata orang surabaya juga he..he..
Terakhir, bekerjasama dengan mitranya yang ada di Jakarta, beliau akan memasarkan produk kesehatan dari Korea sebagai distributor tunggal. Saat ini akan dibuka showroomnya di Surabaya. Siapa mau bermitra...
Dan kalau mau serius dengan metode pemasaran ini, harus banyak bersabar dengan membuka telinga lebar-lebar, karena informasi ”apapun” mahal nilainya.
Lamongan ini memang rajanya kuliner , hampir di setiap kota di negeri ini selalu ada menu kuliner Lamongan seperti misalnya, soto lamongan, tahu campur , dll. Kalau kita memasuki kota Lamongan maka akan disuguhi pemandangan ada ibu-ibu yang berjajar rapi dengan borannya, itulah yang disebut dengan Nasi Boran . Kenapa disebut nasi boran ya karena nasinya ditaruh di dalam sebuah boran yang terbuat dari anyaman bambu. Melihatnya saja sudah gundah gulana dibuatnya apalagi kalau sudah mencoba dijamin nambah lagi he..he.. Tapi yang ndak suka pedas, jangan asal beli bisa-bisa nanti perutnya tidak bersahabat, tanya dulu apa ada bumbu yang nggak pedas.
Comments