Hari sabtu kemaren (12 mei 2007) istri sahabat saya telah meninggalkan dunia ini setelah tiga minggu mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Graha Amerta. Mbak Nina (begitu biasanya kami memanggilnya) mengidap penyakit kanker payudara sejak kelahiran anak pertamanya (kurang lebih 2 tahun yang lalu).
Kondisinya sempat membaik sesaat setelah melahirkan anak keduanya yang belum sempat diberi nama, seperti yang saya ceritakan beberapa bulan yang lalu dalam blog ini “Mu’jizat Allah, Siapa Sangka…?”. Kemudian berangsur-angsur melemah dan puncaknya adalah tiga minggu yang lalu saat masuk rumah sakit. Sedianya beliau akan menjalani operasi setelah lima kali menjalani kemo therapy. Mengingat kondisinya yang sangat lemah, tim medis memutuskan untuk tidak melakukannya.
Mbak nina adalah sosok istri yang luar biasa, berdasarkan kisah para peta’ziah yang merupakan tetangga dan orang yang pernah berinteraksi dengan beliau.
Beliau memang sosok istri dan ibu rumah tangga yang sholehah. Tidak pernah mengeluh meskipun dia menderita sakit kangker payudara yang sudah sampai stadium lanjut bahkan cenderung tidak mau menyusahkan orang lain termasuk suaminya. Juga sangat ramah kepada setiap orang yang ditemuinya. Disamping itu juga memilki semangat yang tinggi untuk belajar tentang agama dan melakukan dakwah bersama ibu-ibu dilingkungannya.
Sekarang beliau telah tiada dengan meninggalkan seorang suami yang sholeh & seorang anak yang sholeh pula (sampai sekarang anaknya belum tahu kalau Uminya sudah meninggalkan dunia ini, padahal sesaat setelah dikafani anak ini sambil digendong Abinya didudukkan disampinga wajah Uminya).
Jauh hari sebelum masuk rumah sakit, mbak nina sudah meminta ma’af kepada setiap orang yang ditemuinya. Termasuk kepada keluarga dan suaminya, juga sempat memberikan wasiat kepada suaminya. Diantaranya : supaya menikah lagi, memakmurkan musholla disamping rumahnya dan membesarkan & mendidik anak pertamanya. Orang yang berkunjung ke rumahnya sangat trenyuh dan juga takjub dengan ketabahan & kesabaran keluarga ini. Luar biasa pikir saya.
Insyaallah mbak nina mendapatkan balasan terbaiknya dihadapan Allah SWT. Berada di syurga-Nya insyaallah, sesuai dengan janji Allah dan Rasul-Nya. Menyusul anak kedua beliau yang sudah berada di syurga lebih dulu (anak keduanya ini bertahan di dunia hanya empat hari). Kalau orang tuanya ikhlash insyaallah akan mengantarkannya ke Syurga-Nya. Amiin
Sunah dalam Ta’ziah
Kondisinya sempat membaik sesaat setelah melahirkan anak keduanya yang belum sempat diberi nama, seperti yang saya ceritakan beberapa bulan yang lalu dalam blog ini “Mu’jizat Allah, Siapa Sangka…?”. Kemudian berangsur-angsur melemah dan puncaknya adalah tiga minggu yang lalu saat masuk rumah sakit. Sedianya beliau akan menjalani operasi setelah lima kali menjalani kemo therapy. Mengingat kondisinya yang sangat lemah, tim medis memutuskan untuk tidak melakukannya.
Mbak nina adalah sosok istri yang luar biasa, berdasarkan kisah para peta’ziah yang merupakan tetangga dan orang yang pernah berinteraksi dengan beliau.
Beliau memang sosok istri dan ibu rumah tangga yang sholehah. Tidak pernah mengeluh meskipun dia menderita sakit kangker payudara yang sudah sampai stadium lanjut bahkan cenderung tidak mau menyusahkan orang lain termasuk suaminya. Juga sangat ramah kepada setiap orang yang ditemuinya. Disamping itu juga memilki semangat yang tinggi untuk belajar tentang agama dan melakukan dakwah bersama ibu-ibu dilingkungannya.
Sekarang beliau telah tiada dengan meninggalkan seorang suami yang sholeh & seorang anak yang sholeh pula (sampai sekarang anaknya belum tahu kalau Uminya sudah meninggalkan dunia ini, padahal sesaat setelah dikafani anak ini sambil digendong Abinya didudukkan disampinga wajah Uminya).
Jauh hari sebelum masuk rumah sakit, mbak nina sudah meminta ma’af kepada setiap orang yang ditemuinya. Termasuk kepada keluarga dan suaminya, juga sempat memberikan wasiat kepada suaminya. Diantaranya : supaya menikah lagi, memakmurkan musholla disamping rumahnya dan membesarkan & mendidik anak pertamanya. Orang yang berkunjung ke rumahnya sangat trenyuh dan juga takjub dengan ketabahan & kesabaran keluarga ini. Luar biasa pikir saya.
Insyaallah mbak nina mendapatkan balasan terbaiknya dihadapan Allah SWT. Berada di syurga-Nya insyaallah, sesuai dengan janji Allah dan Rasul-Nya. Menyusul anak kedua beliau yang sudah berada di syurga lebih dulu (anak keduanya ini bertahan di dunia hanya empat hari). Kalau orang tuanya ikhlash insyaallah akan mengantarkannya ke Syurga-Nya. Amiin
Sunah dalam Ta’ziah
Tidak menangis dengan suara keras, tidak meratapinya dan tidak merobek-robek baju. Karena Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda, yang artinya: “Bukan golongan kami orang yang memukul-mukul pipinya dan merobek-robek bajunya, dan menyerukan kepada seruan jahiliyah”. (HR: Al-Bukhari).
Disunatkan mengantar janazah hingga dikubur. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa yang menghadiri janazah hingga menshalatkannya, maka baginya (pahala) sebesar qirath; dan barangsiapa yang menghadirinya hingga dikuburkan maka baginya dua qirath”. Nabi ditanya: “Apa yang disebut dua qirath itu?”. Nabi menjawab: “Seperti dua gunung yang sangat besar”. (Muttafaq’alaih).
Memuji si mayit (janazah) dengan mengingat dan menyebut kebaikan-kebaikannya dan tidak mencoba untuk menjelek-jelekkannya. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: ”Janganlah kamu mencaci-maki orang-orang yang telah mati, karena mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka perbuat”. (HR: Al-Bukhari).
Memohonkan ampun untuk janazah setelah dikuburkan. Ibnu Umar Radhiallaahu anhu pernah berkata bahwa adalah Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam apabila selesai mengubur janazah, maka berdiri di atasnya dan bersabda, yang artinya: ”Mohonkan ampunan untuk saudaramu ini, dan mintakan kepada Alloh agar ia diberi keteguhan, karena dia sekarang akan ditanya”. (HR: Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani).
Disunatkan menghibur keluarga yang berduka dan memberikan makanan untuk mereka. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda, yang artinya: “Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja`far, karena mereka sedang ditimpa sesuatu yang membuat mereka sibuk”. (HR: Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
Disunnatkan berta`ziah kepada keluarga korban dan menyarankan mereka untuk tetap sabar, dan mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya milik Allohlah apa yang telah Dia ambil dan milik-Nya jualah apa yang Dia berikan; dan segala sesuatu disisi-Nya sudah ditetapkan ajalnya. Maka hendaklah kamu bersabar dan mengharap pahala dari-Nya”. (Muttafaq’alaih).
Comments