Duhai Songgoriti….
Alhamdulillah liburan pekan lalu (17-19 Maret 2007), saya diberi kesempatan untuk ber-holiday di villa keluarga yang berada di Songgoriti-Batu-Malang, disamping juga ada keperluan lain untuk menghadiri undangan pak dhe yang lagi ada acara lamaran untuk putri ketiganya. Songgoriti, yang terkenal dengan villa tentunya dan tempat wisata (pemandian, permainan dan rekreasi alam) serta tempat perbelanjaan (pasar) produk khas pegunungan itu memberi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang notabene sebagain besar berasal dari luar daerah Batu/Malang.
Tempatnya yang asri dengan dikelilingi perbukitan dengan hamparan tanaman hijau membuat mata dan hati menjadi sejuk dibuatnya. Kita bisa merasakan terapi alam secara langsung tatkala berjalan menyusuri perbukitan dengan deretan pohon pinus yang menjulang tinggi dengan akarnya yang kokoh mencengkeram bumi itu dengan hadirnya kicauan burung yang sangat merdu di dengar, udara yang sejuk menerpa seluruh tubuh kita ditambah dengan suara gemericik air yang semakin menambah rileks seluruh tubuh kita.
”Dan bumi telah dibentangkannya untuk makhluqnya. Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(ar rahman : 10-13)
Pemandangan begitu menarik ketika kita bisa melihat atraksi ”paralayang” yang dipertontonkan oleh para penghobi olahraga ini yang melintas di atas kita. Menontonnya saja bisa meningkatkan ”adrenalin” apalgi mencobanya. Wah kalau begini harus dicoba nih, pikir saya, lumayan bisa meningkatkan adrenalin hehe. Nah, bagi yang ingin main ”paralayang” bisa mencobanya dengan lewat Pujon dan nanti turun di sekitar Songgoriti.
Dampak Lapindo.....
Dulu, sebelum adanya semburan lumpur lapindo, Songgoriti sangat ramai dikunjungi para wisatawan terutama di hari lbur. Bahkan villa yang ada disana bisa habis dipesan sebelumnya. Tapi sekarang itu tinggal kenangan, meskipun masih ramai juga tapi sangat jauh jika dibandingkan dengan dulu. Kata seorang wisatawan ”kita ini khan sedang berlibur untuk menghibur diri, masak koq ya dibuat was-was dengan kemacetan di jalan dekat sumber lapindo dan juga dampaknya, nanti bisa stress kita...”. Dan kata salah seorang pengelola villa ”wah sekarang agak berat mas cari tamu, kalau dulu bisa dengan harga bagus sekarang harus dengan harga dibawah itu...”
Saya sendiri juga lumayan malas kalau mau ke Batu/Malang sejak tragedi lumpur lapindo tersebut. Karena kalau melewati jalan raya porong pasti macet dan kadang harus lewat jalan alternatif yang menjadikan jaraknya lumayan jauh.
Jadi, yang dirugikan sebenarnya tidak hanya warga yang bersentuhan langsung dengan lokasi semburan (warga korban lumpur lapindo) yang sampai sekarang belum jelas kompensasi yang diberikan lapindo/pemerintah. Tapi juga dunia pariwisata, perdagangan, pendidikan, yang itu semua berdampak terhadap roda ekonomi bagi para pelakunya.
Terhadap dunia bisnis, jelas dampaknya sangat terasa. Membaca majalah wirausaha & keuangan beberapa edisi yang lalu, sangat miris juga mengingat banyaknya pelaku ekonomi di daerah tersebut yang mungkin sebagiannya bisa jadi gulung tikar. Belum lagi kalau kita lihat lebih global lagi, wah luar biasa dampaknya, termasuk fenomena di Songgoriti yang saya ceritakan di atas.
Akhirnya....
Sebagai rakyat kecil, kita hanya bisa berdo’a dan berharap kepada Allah SWT, Tuhan yang menguasai seluruh jagad raya ini. Dan kalau kita mau memahami lebih jauh, do’a itu sangat berkaitan erat dengan per”TAUBAT”an seorang hamba kepada Rob-nya. Isi do’a minta hujan misalnya (dalam sholat istisqo’) misalnya, berisi kalimat taubat (istighfar), begitupun halnya dengan do’a Nabi Yunus tatkala berada di dalam perut ikan hiu juga berisi kalimat taubat.
Dan yang namanya ”TAUBAT”, itu tidak mengenal tingkatan posisi seorang manusia di dunia. Jadi taubat itu bukan hanya milik rakyat kecil tapi juga para para penguasa, para pengusaha, para alim ulama’dll.
Yang kedua, harus segera dicarikan solusi terbaik dan seadil-adilnya untuk warga sekitar yang terkena dampak langsung semburan lumpur lapindo dan jug alternatif pemecahan masalah lain yang melingkupinya. Misalnya saja pembuatan jalan alternatif sesegera mungkin yang menjadikan akses ke Malang-Jember-Banyuwangi bisa lancar dan tidak harus was-was menghadapi kemacetan.
Pemandangan begitu menarik ketika kita bisa melihat atraksi ”paralayang” yang dipertontonkan oleh para penghobi olahraga ini yang melintas di atas kita. Menontonnya saja bisa meningkatkan ”adrenalin” apalgi mencobanya. Wah kalau begini harus dicoba nih, pikir saya, lumayan bisa meningkatkan adrenalin hehe. Nah, bagi yang ingin main ”paralayang” bisa mencobanya dengan lewat Pujon dan nanti turun di sekitar Songgoriti.
Dampak Lapindo.....
Dulu, sebelum adanya semburan lumpur lapindo, Songgoriti sangat ramai dikunjungi para wisatawan terutama di hari lbur. Bahkan villa yang ada disana bisa habis dipesan sebelumnya. Tapi sekarang itu tinggal kenangan, meskipun masih ramai juga tapi sangat jauh jika dibandingkan dengan dulu. Kata seorang wisatawan ”kita ini khan sedang berlibur untuk menghibur diri, masak koq ya dibuat was-was dengan kemacetan di jalan dekat sumber lapindo dan juga dampaknya, nanti bisa stress kita...”. Dan kata salah seorang pengelola villa ”wah sekarang agak berat mas cari tamu, kalau dulu bisa dengan harga bagus sekarang harus dengan harga dibawah itu...”
Saya sendiri juga lumayan malas kalau mau ke Batu/Malang sejak tragedi lumpur lapindo tersebut. Karena kalau melewati jalan raya porong pasti macet dan kadang harus lewat jalan alternatif yang menjadikan jaraknya lumayan jauh.
Jadi, yang dirugikan sebenarnya tidak hanya warga yang bersentuhan langsung dengan lokasi semburan (warga korban lumpur lapindo) yang sampai sekarang belum jelas kompensasi yang diberikan lapindo/pemerintah. Tapi juga dunia pariwisata, perdagangan, pendidikan, yang itu semua berdampak terhadap roda ekonomi bagi para pelakunya.
Terhadap dunia bisnis, jelas dampaknya sangat terasa. Membaca majalah wirausaha & keuangan beberapa edisi yang lalu, sangat miris juga mengingat banyaknya pelaku ekonomi di daerah tersebut yang mungkin sebagiannya bisa jadi gulung tikar. Belum lagi kalau kita lihat lebih global lagi, wah luar biasa dampaknya, termasuk fenomena di Songgoriti yang saya ceritakan di atas.
Akhirnya....
Sebagai rakyat kecil, kita hanya bisa berdo’a dan berharap kepada Allah SWT, Tuhan yang menguasai seluruh jagad raya ini. Dan kalau kita mau memahami lebih jauh, do’a itu sangat berkaitan erat dengan per”TAUBAT”an seorang hamba kepada Rob-nya. Isi do’a minta hujan misalnya (dalam sholat istisqo’) misalnya, berisi kalimat taubat (istighfar), begitupun halnya dengan do’a Nabi Yunus tatkala berada di dalam perut ikan hiu juga berisi kalimat taubat.
Dan yang namanya ”TAUBAT”, itu tidak mengenal tingkatan posisi seorang manusia di dunia. Jadi taubat itu bukan hanya milik rakyat kecil tapi juga para para penguasa, para pengusaha, para alim ulama’dll.
Yang kedua, harus segera dicarikan solusi terbaik dan seadil-adilnya untuk warga sekitar yang terkena dampak langsung semburan lumpur lapindo dan jug alternatif pemecahan masalah lain yang melingkupinya. Misalnya saja pembuatan jalan alternatif sesegera mungkin yang menjadikan akses ke Malang-Jember-Banyuwangi bisa lancar dan tidak harus was-was menghadapi kemacetan.
Comments