Zaman khalifah Umar bin Khattab, ada Gubernurnya di Syam yang begitu "takutnya" pada harta. Sampai-sampai petugas Baitul Maal merekomendasikan beliau sebagai mustahik.
Sang Gubernur sangat dicintai rakyatnya. Umar bin Khattab pun membawakan 2 kantong yang berisi masing-masing seribu dinar. Satu kantong untuk fakir miskin di wilayah Syam dan satu kantong lagi untuk sang Gubernur.
Ketika utusan menyampaikan amanah Khalifah, sang Gubernur menangis dan berucap, "innalillahi wa inna ilaihi raji'un". Sang istri yang ada di dapur terkejut dan bertanya, "ada apakah, apa Khalifah wafat?". "Ini lebih dahsyat daripada wafatnya Khalifah", jawab sang Gubernur. Dan seketika beliau memerintahkan kepada petugas Baitul Maal untuk membagikan seribu dinar yang sebenarnya haknya pribadi itu kepada fakir miski.
Di lain waktu, Khalifah melakukan safari ke wilayah Syam. Ditemui rakyat dan gubernurnya. Khalifah bertanya kepada rakyat Syam, "Apakah gubernur kalian termasuk pemimpin yang baik?". "Gubernur kami adalah pemimpin yang baik bahkan sangat baik. Tapi beliau memiliki 3 kekurangan", pengakuan penduduk Syam saat itu.
"Kekurangan pertama, beliau menemui kami sudah siang ketika matahari sudah mulai naik. Padahal kami ingin beliau bisa melayani kami di awal hari", kata penduduk Syam. Umarpun bertanya kepada Gubernur, "Apa jawabanmu wahai Gubernurku?" "Wahai Khalifah, sungguh saya sangat malu. Aku tidak punya pembantu. Setelah subuh, aku menggiling gandum sendiri dan menjadikannya roti, kemudian menghidangkan pada keluargaku. Setelah itu shalat duha dan baru menemui rakyatku hingga petang hari.menjelang maghrib", jawab sang Gubernur.
"Kekurangan kedua, beliau tidak pernah menemui kami di malam hari, padahal kami juga punya masalah yang kami adukan di malam hari", kata penduduk Syam lagi. Umar bertanya lagi, "Apa jawabanmu wahai Gubernurku?" "Duhai Khalifah, lagi-lagi aku malu mengatakannya. Seharian aku melayani rakyatku, dan malam hari aku gunakan berkhalwat bersama Rabbku. Sehabis isya aku tidur dan bangun tengah malam untuk qiyamullail hingga subuh", jawab sang Gubernur.
Umar bertanya pada penduduk Syam, "Lalu apa yang ketiga?". Penduduk Syam menyampaikan, "Kekurangan ketiga, ada satu hari dalam sepekan, kami tidak menemukan gubernur". Dan Umar bertanya pada Gubernur, "Apa jawabanmu wahai Gubernurku?". "Ya Khalifah, aku sungguh malu mengatakannya lagi. Aku tidak punya pakaian yang banyak. Pada hari itu aku mencuci pakaianku dan mengeringkannya dan baru bisa kupakai lagi esok harinya", jawab sang Gubernur.
Sahabat, ada masa kita akan mendapati pemimpin yang baik dan adil. Dan kadang Allah menghadirkan pemimpin yang zhalim bahkan sangat kejam pada saudaranya sendiri. Kenapa? Bisa jadi karena kitapun belum begitu "baik". Pertanyaannya, "Apakah kita sudah menunaikan amar ma'ruh nahy munkar?"
Semoga suatu hari hadir pemimpin yang adil. Yang membuat negeri ini begitu berkah hingga bisa memberangkatkan haji rakyatnya secara bergiliran. Kata Pak Abdullah Sahab, "Negeri ini sangat kaya. Cukup 20 persen rakyatnya saja yang bekerja dan 80 persen lainnya cukup hanya menerima kekayaan dari negara. Karena yang 80 persen tadi jika bekerja punya kecenderungan untuk merusak". Na'udzubillahi min dzalik.
Mari shalawatin saja, "Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad".
Comments